vUr5v3Aga5Yx91u6PVcXOoUvbSaqSTTT1jtWFLWh
Bookmark

Menyusuri Cita Rasa Surabaya: Pengalaman Langsung Menjelajahi Wisata Kuliner Paling Ramai di 2025

harga tiket masuk wisata kuliner di Surabaya
harga tiket masuk wisata kuliner di Surabaya
Kanigoropark.info - Surabaya bukan hanya kota bisnis dan sejarah, tetapi juga surga bagi pecinta kuliner. Dari jajanan kaki lima legendaris hingga kawasan wisata kuliner modern, kota ini punya pesona rasa yang sulit ditolak. Dalam perjalanan kuliner kali ini, saya berkeliling langsung ke beberapa titik yang sedang ramai di media sosial dan direkomendasikan oleh banyak wisatawan. Menariknya, hampir semua tempat bisa dinikmati dengan biaya masuk yang sangat terjangkau, bahkan gratis. Untuk kamu yang sedang mencari informasi lengkap tentang harga tiket masuk wisata kuliner di Surabaya, artikel ini akan jadi panduan pengalaman yang bisa kamu rasakan seolah ikut menjelajahi kota Pahlawan secara langsung.

1. Kya-Kya Surabaya: Rasa Tionghoa di Tengah Kota

Saya memulai perjalanan di kawasan Kya-Kya Kembang Jepun, salah satu ikon wisata kuliner malam Surabaya yang penuh warna. Saat tiba sekitar pukul 6 sore, jalanan mulai dipenuhi aroma sate, mie goreng, dan jajanan manis khas peranakan. Menariknya, pengunjung tidak dikenakan tiket masuk sama sekali. Hanya biaya parkir Rp5.000 untuk motor dan Rp10.000 untuk mobil.

Dari hasil obrolan saya dengan Pak Arif, pedagang kwetiau yang sudah berjualan di sana sejak 2010, pengunjung bisa meningkat dua kali lipat setiap akhir pekan. “Kalau malam Minggu, anak muda banyak nongkrong di sini karena suasananya mirip festival setiap hari,” ujarnya sambil tersenyum.

Selain cita rasa oriental, Kya-Kya juga menonjolkan nuansa budaya lokal. Di beberapa titik, pengunjung bisa menikmati pertunjukan musik jalanan dan lampion warna-warni yang menggantung di atas jalan. Tempat ini bukan sekadar area makan, tapi juga ruang nostalgia bagi warga lama dan daya tarik baru bagi wisatawan yang ingin merasakan kehangatan Surabaya di malam hari.

2. Food Junction Grand Pakuwon: Sensasi Kuliner di Tepi Danau

Berikutnya, saya menuju Food Junction Grand Pakuwon, kawasan kuliner modern yang dirancang seperti food court terbuka dengan pemandangan danau buatan. Suasananya terasa seperti tempat liburan mini — lengkap dengan area bermain anak, live music, dan dekorasi lampu gantung yang menciptakan atmosfer romantis di malam hari.

Untuk masuk ke area ini, tidak ada tiket masuk khusus. Kamu cukup membayar parkir dan membeli makanan sesuai selera. Harga makanan berkisar antara Rp20.000–Rp60.000 per porsi, tergantung jenis menu. Beberapa stan populer seperti nasi bakar cumi hitam dan es podeng Medan selalu dipadati pengunjung.

Yang membuat tempat ini menonjol dibanding destinasi kuliner lain adalah konsepnya yang family-friendly. Banyak keluarga datang sejak sore, menggelar tikar di pinggir danau, sambil menikmati suasana sore Surabaya yang mulai sejuk. Food Junction menjadi bukti bahwa wisata kuliner tak selalu harus mahal untuk menyenangkan semua usia.

3. Sentra Wisata Kuliner Taman Bungkul: Pusat Cita Rasa Lokal

Taman Bungkul sudah lama dikenal sebagai ruang publik terbaik di Indonesia, dan di sekitarnya ada sentra wisata kuliner yang wajib dicoba. Area ini buka dari pagi hingga larut malam dengan berbagai pilihan menu khas Surabaya: rawon, rujak cingur, tahu tek, lontong balap, dan es degan muda yang segar.

Dari hasil pengamatan saya, pengunjung bisa datang kapan saja tanpa dikenakan tiket masuk, sehingga sangat cocok untuk wisata hemat. Bahkan beberapa pedagang di area ini sudah eksis lebih dari 20 tahun. Salah satu yang terkenal adalah warung Bu Ning, penjual tahu tek dengan bumbu petis gurih yang rasanya sulit ditandingi.

Menariknya, kawasan ini juga sering menjadi lokasi event kuliner bulanan yang digelar oleh Dinas Pariwisata Surabaya. Jadi, selain makan, pengunjung juga bisa menyaksikan pertunjukan musik atau lomba memasak khas daerah.

4. Kampung Kuliner Merr: Surabaya Timur yang Modern dan Instagramable

Bergeser ke arah timur kota, ada Kampung Kuliner Merr, destinasi baru yang dirancang dengan konsep semi-outdoor dan penuh spot foto. Lokasi ini menjadi tempat nongkrong favorit anak muda, terutama di akhir pekan.

Begitu masuk, kamu langsung disambut deretan tenant modern dengan menu khas Nusantara dan Asia. Harga makanan mulai dari Rp15.000 hingga Rp50.000, dan lagi-lagi tidak ada tiket masuk. Tempat ini semakin populer karena memiliki area rooftop yang bisa digunakan untuk melihat panorama kota di malam hari.

Saya sempat berbincang dengan salah satu pengunjung, Lila, mahasiswa Universitas Airlangga. “Aku ke sini hampir setiap minggu. Bukan cuma makan, tapi suasananya cozy banget buat nugas atau nongkrong,” katanya. Testimoni semacam ini menunjukkan betapa wisata kuliner kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban Surabaya.

5. Wisata Kuliner G-Walk Citraland: Surabaya Barat yang Tak Pernah Tidur

Kalau kamu ingin merasakan suasana kuliner malam yang ramai tanpa henti, G-Walk Citraland adalah jawabannya. Jalan sepanjang 1 kilometer ini dipenuhi gerobak, tenda, dan café modern. Menu yang ditawarkan sangat beragam — mulai dari nasi goreng kambing, ayam geprek, hingga makanan barat seperti steak dan pasta.

Menariknya, harga tiket masuk wisata kuliner di Surabaya bagian barat ini sepenuhnya gratis. Hanya perlu siapkan uang makan mulai dari Rp20.000–Rp70.000. Saat malam Sabtu, lampu-lampu gantung di sepanjang jalan menciptakan nuansa festival kecil yang membuat siapa pun betah berlama-lama.

Sebagai pengunjung yang sudah datang ke G-Walk beberapa kali, saya bisa bilang tempat ini adalah representasi sempurna dari semangat kuliner Surabaya: ramai, ramah, dan penuh variasi rasa.

6. Mengapa Wisata Kuliner Surabaya Begitu Spesial

Jika dibandingkan dengan kota lain, Surabaya punya kekuatan unik dalam hal kuliner: keberagaman rasa dan keramahan penjualnya. Banyak warung dikelola secara turun-temurun, menjaga cita rasa yang konsisten selama puluhan tahun. Selain itu, hampir semua destinasi kuliner utama tidak memerlukan biaya masuk, sehingga siapa pun bisa datang tanpa batas.

Hal ini menunjukkan bagaimana konsep wisata berbasis pengalaman (experience-driven tourism) diterapkan secara alami di Surabaya. Wisatawan tidak hanya datang untuk makan, tapi juga untuk berinteraksi, mengenal budaya lokal, dan merasakan kehangatan masyarakat setempat.

Selain itu, pemerintah kota juga aktif mendukung promosi kuliner lokal melalui festival dan media digital, memastikan bahwa setiap pengunjung mendapatkan pengalaman otentik dan tidak sekadar “konten wisata.”

7. Tips Berkunjung agar Lebih Maksimal

Untuk kamu yang berencana menjelajahi wisata kuliner di Surabaya, berikut beberapa tips berdasarkan pengalaman langsung:

  1. Datang lebih awal saat sore hari untuk mendapatkan tempat duduk terbaik, terutama di lokasi seperti Food Junction dan G-Walk.

  2. Siapkan uang tunai dalam pecahan kecil, karena sebagian besar pedagang kaki lima belum menyediakan pembayaran digital.

  3. Gunakan pakaian ringan dan nyaman, karena sebagian besar area kuliner bersifat terbuka.

  4. Jika ingin suasana lebih hidup, datanglah saat akhir pekan, tetapi hindari jam 7–9 malam karena biasanya sangat padat.

  5. Coba menu lokal yang jarang ditemukan di luar Surabaya seperti lontong balap, tahu tek, dan es sinom.

Surabaya membuktikan bahwa wisata kuliner tak hanya soal makan, tetapi juga tentang mengenal kehidupan dan keramahan kota itu sendiri. Dengan keanekaragaman rasa, suasana yang hidup, dan akses yang mudah, pengalaman menjelajahi harga tiket masuk wisata kuliner di Surabaya bukan hanya informatif, tetapi juga memuaskan hati setiap penikmat perjalanan rasa.

0

Posting Komentar