vUr5v3Aga5Yx91u6PVcXOoUvbSaqSTTT1jtWFLWh
Bookmark

🏛️ Menelusuri Jejak Masa Lalu: Pesona Wisata Sejarah Terbaru di Banyuwangi yang Wajib Dikunjungi


daftar wisata sejarah terbaru di Banyuwangi
daftar wisata sejarah terbaru di Banyuwangi

Kanigoropark.info - Banyuwangi bukan hanya dikenal karena pantainya yang menawan atau gunung-gunungnya yang megah. Di balik pesona alamnya, kabupaten paling timur Pulau Jawa ini juga menyimpan lembaran sejarah panjang yang membentuk identitas masyarakatnya hingga kini. Jejak masa lalu itu tertinggal dalam berbagai situs, pura, dan peninggalan arkeologis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah.

Bagi wisatawan yang ingin mengenal Banyuwangi lebih dalam, menjelajahi situs-situs sejarahnya menjadi pengalaman yang tak hanya menarik, tetapi juga edukatif. Melalui perjalanan ini, kita bisa melihat bagaimana warisan kerajaan kuno, pengaruh Hindu-Budha, hingga perlawanan rakyat di masa kolonial membentuk wajah Banyuwangi modern saat ini.

1. Pura Agung Blambangan: Sisa Kemegahan Kerajaan Terakhir di Jawa

Pura Agung Blambangan terletak di Desa Blambangan, Kecamatan Muncar. Tempat ini dipercaya sebagai pusat dari Kerajaan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir yang bertahan di Pulau Jawa hingga abad ke-18. Arsitekturnya yang megah dengan sentuhan gaya Bali dan Jawa Timur menjadi daya tarik utama bagi wisatawan maupun peneliti budaya.

Selain menjadi tempat ibadah, Pura Agung Blambangan juga berfungsi sebagai lokasi pelestarian tradisi. Setiap tahun, masyarakat sekitar menggelar upacara keagamaan seperti Pagerwesi dan Galungan yang dihadiri ribuan umat Hindu dari berbagai daerah. Upacara ini menampilkan prosesi adat, tarian sakral, dan musik gamelan khas Banyuwangi yang memukau pengunjung.

Datanglah pada pagi hari untuk menikmati ketenangan pura dan mengabadikan keindahan ukiran batu yang menggambarkan kisah epos Hindu kuno. Lokasinya hanya sekitar 25 menit dari pusat kota, dan tersedia area parkir serta pemandu lokal yang siap memberikan penjelasan sejarah dengan detail.

2. Situs Umpak Songo: Misteri Batu Penyangga Candi Tua

Tidak jauh dari Blambangan, ada satu situs yang menyimpan misteri arkeologis menarik: Situs Umpak Songo. Sesuai namanya, situs ini menampilkan sembilan batu berbentuk umpak (penyangga tiang bangunan) yang tersusun dalam pola tertentu.

Para arkeolog meyakini batu-batu ini merupakan sisa pondasi sebuah candi yang dibangun pada masa Hindu-Budha sekitar abad ke-13. Walau yang tersisa hanya bagian bawahnya, struktur ini menunjukkan bahwa kawasan ini dulunya merupakan pusat kegiatan keagamaan yang penting.

Yang membuat situs ini menarik adalah kesederhanaannya — tanpa ornamen berlebihan, hanya batu tua di tengah hamparan hijau yang tenang. Namun justru dari kesederhanaan itu muncul aura mistis yang membuat banyak pengunjung merasa seolah sedang menyentuh masa lalu Banyuwangi yang jauh.

3. Makam Buyut Cili: Jejak Tokoh Spiritual dan Sejarah Lokal

Makam Buyut Cili di Kecamatan Rogojampi menjadi salah satu tempat ziarah yang ramai dikunjungi, baik oleh warga lokal maupun wisatawan dari luar daerah. Buyut Cili dikenal sebagai tokoh penyebar agama Islam awal di Banyuwangi, dan makamnya kini menjadi simbol harmoni antara kepercayaan lama dan baru.

Di sekitar area makam, terdapat pohon beringin besar yang konon sudah berusia ratusan tahun. Masyarakat percaya bahwa siapa pun yang berdoa dengan niat baik di tempat ini akan mendapatkan ketenangan batin. Meski terkesan spiritual, tempat ini juga menyimpan nilai sejarah penting — menggambarkan peralihan masa dari pengaruh Hindu-Budha menuju Islam di ujung timur Jawa.

4. Benteng Portugis Banyuwangi: Peninggalan Masa Kolonial yang Terlupakan

Tidak banyak yang tahu bahwa Banyuwangi juga memiliki situs peninggalan kolonial Eropa. Salah satunya adalah Benteng Portugis, yang terletak di wilayah pesisir Kalipuro. Walau kini sebagian besar bangunannya telah rusak, sisa dinding batu dan struktur fondasi benteng masih dapat ditemukan.

Benteng ini diyakini dibangun sekitar abad ke-17 sebagai pos pengawasan dan perdagangan rempah-rempah. Dari lokasi ini, pengunjung bisa menikmati pemandangan laut Selat Bali yang menakjubkan — sekaligus membayangkan bagaimana wilayah ini dahulu menjadi titik strategis bagi bangsa asing.

Saat sore hari, suasana di sekitar benteng terasa sangat fotogenik, terutama dengan latar belakang langit jingga dan kapal nelayan yang melintas. Pemerintah daerah kini tengah merencanakan revitalisasi area ini agar lebih mudah diakses wisatawan tanpa mengubah bentuk aslinya.

5. Museum Blambangan: Arsip Hidup Sejarah Banyuwangi

Untuk yang ingin memahami sejarah Banyuwangi secara lebih menyeluruh, Museum Blambangan di pusat kota wajib dikunjungi. Museum ini menampilkan koleksi lengkap mulai dari peninggalan arkeologi, artefak kerajaan, hingga dokumentasi perjuangan rakyat Banyuwangi di masa penjajahan.

Salah satu koleksi paling menarik adalah Tombak Singa Barong, yang dipercaya merupakan senjata pusaka para pemimpin Blambangan. Selain itu, pengunjung bisa melihat miniatur arsitektur pura kuno dan replika pakaian adat yang digunakan dalam ritual tradisional Osing.

Museum ini buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 16.00, dan tiket masuknya sangat terjangkau. Cocok bagi keluarga maupun pelajar yang ingin belajar sejarah dengan cara yang interaktif dan menyenangkan.

6. Desa Kemiren: Warisan Budaya Osing yang Hidup

Berbeda dengan situs lainnya, Desa Kemiren bukan sekadar tempat wisata, melainkan ruang hidup masyarakat suku Osing — penduduk asli Banyuwangi yang masih mempertahankan bahasa dan adat leluhur.

Di desa ini, rumah-rumah tradisional Osing berjajar rapi, dan setiap tahun diadakan upacara adat Barong Ider Bumi, ritual tolak bala yang disertai musik khas gandrung. Wisatawan bisa menginap di homestay penduduk, mengikuti kelas memasak masakan tradisional, atau belajar tarian gandrung langsung dari penarinya.

Desa Kemiren adalah contoh nyata bagaimana sejarah dan budaya bisa hidup berdampingan dengan pariwisata modern. Tidak heran jika tempat ini sering menjadi rujukan penelitian budaya dari berbagai universitas di Indonesia.

7. Menghubungkan Sejarah dan Wisata Modern

Menelusuri daftar wisata sejarah terbaru di Banyuwangi bukan sekadar perjalanan ke masa lalu, tapi juga cara memahami jati diri masyarakatnya. Setiap situs menyimpan kisah yang saling terhubung — dari pengaruh Hindu-Budha di Pura Blambangan, transisi Islam di Makam Buyut Cili, hingga interaksi kolonial di Benteng Portugis.

Menariknya, banyak generasi muda Banyuwangi kini ikut aktif dalam pelestarian situs bersejarah. Mereka membuat tur edukatif, memandu wisatawan lokal, dan bahkan memanfaatkan media sosial untuk memperkenalkan kembali warisan budaya daerahnya.

Bagi wisatawan, pengalaman ini tidak hanya memberi wawasan baru, tapi juga kesempatan untuk ikut berkontribusi menjaga peninggalan sejarah agar tetap lestari. Karena pada akhirnya, sejarah tidak hanya untuk dikenang — tapi juga untuk dirawat dan dibagikan kepada dunia.

0

Posting Komentar